google.com, pub-3025914915219646, DIRECT, f08c47fec0942fa0 suarakolaka: Meski Kemarau, Panen Gabah Kolaka lampaui Standar Nasional.

Total Pengunjung

Selasa, Oktober 25, 2011

Meski Kemarau, Panen Gabah Kolaka lampaui Standar Nasional.

Kolaka. musim kemarau yang melanda beberapa daerah di Indonesia saat ini, berdampak pada menurunnya hasil pertanian. Namun kondisi ini tidak demikian dengan kondisi Kab. Kolaka. Di daerah ini, meskipun musim kemarau terjadi, namun tidak berdampak buruk bagi hasil panen petani sawah di sejumlah wilayah.
Data yang diperoleh, dari 20 kecamatan yang ada, sekitar 19 kecamatan mampu menghasilkan panen padi yang signifikan.
Dari sekitar  4.407 ha Luas areal persawahan yang diolah, mampu menghasilkan    42.119,07 ton gabah kering giling (GKG). Wilayah panen tertinggi yaitu Kec. Ladongi, Lambandia, dan Samaturu  dengan produksi rata rata 5,01 per ha. Angka ini melampaui  standar nasional angka minimal 5 ton per ha.
Menurut Alva Talanipa, Kadis Pertanian, Peternakan dan Hortikultura Kab. Kolaka hasil panen petani di 19 wilayah di Kab. Kolaka saat ini melampaui angka minimal  standar nasional yang hanya 5 ton per ha. Dari angka tersebut, dipastikan sampai saat ini Kab. Kolaka sangat siap menghadapi ketahanan pangan. Bahkan kita mampu memberi suplai pada daerah daerah yang mengalami kekeringan. “ Factor pendukung hingga meningkatnya hasil panen petani adalah ketersediaan air cukup baik, ketersediaan benih yang cukup serta komitmen petani dalam mengelola lahan pertaniannya.sementara pada daerah yang mengalami gejala kekeringan, pemerintah secepatnya memberikan bantuan berupa pompanisasi air dari sungai atau daerah yang memiliki air untuk dialiri ke  ke lahan pertanian.” Ungkap Alva. 
Selain ketahan pangan dari sumber padi sawah, setelah musim panen berakhir, petani memanfaatkan lahan pertaniannya dengan memanfaatkan lahan untuk ditanami tanaman palawija dengan menanam jagung, kacang kacangan umbi umbian dan kedelai maka itu dilakukan. Hingga sumber pangan diluar padi sawah bisa tersedia pada masyarakat.  Dengan hal tersebut, rantai pendapatan petani tidak terputus dalam memperoleh pendapatan dari lahan usaha taninya.
Untuk harga gabah kering, saat ini harga gabah kering giling  masih mengacu pada harga Kenaikan gabah hingga Rp.300.000 per kwintal  (100 kilogram) hal ini dapat  mendorong kenaikan harga beras dipasaran yang dapat mencapai Rp. 315.000/50 kilogram. (RL)