google.com, pub-3025914915219646, DIRECT, f08c47fec0942fa0 suarakolaka: Cara Ekstrim Serka Darwis Seberangkan Anak Pakai Gondola

Total Pengunjung

Selasa, Januari 16, 2018

Cara Ekstrim Serka Darwis Seberangkan Anak Pakai Gondola


Suara Kolaka.
Serka Darwis adalah seorang Babinsa yang bertugas di Desa Maroko, Kecamatan Rante Angin, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Hampir setiap hari, dia harus menantang maut demi membantu siswa dan warga setempat menyeberangi Sungai Rante Angin yang terletak di Desa Maroko. Padahal cara Serka Darwis menyeberangkan anak sekolah di atas sungai, sebenarnya cukup berbahaya. "Kalau saya takut, siapa yang akan bantu warga," kata Darwis.

"Jika cuaca sedang ekstrem, maka permukaan air sungai akan naik hingga 4 meter. Jadi jika kita seberangi sungai, kaki bisa mencapai air sungai, belum lagi arus sungai yang desar memang sangat berbahaya," tuturnya.

Serka Darwis tinggal dan menetap di Desa Landowia yang berjalak sekitar 3 km dari Desa Maroko. Desa Maroko biasa ia tempuh dalam kurun waktu 10 menit. 

Melihat foto aksi Serka Darwis yang viral di Instagram milik Kodam Hasanuddin, memang bahaya betul. Dari foto kelihatan kalau Serka Darwis bergantung pada kekuatan tali dan gondola yang dinaiki seperti boncengan.

Foto yang viral itu saat Serka Darwis membawa anak sekolah. Ada satu anak yang memeluk punggung Serka Darwis erat-erat karena takut jatuh. Mirisnya, ini bukan permainan outbound, melainkan urusan mereka sehari-hari.

Menghadapi hal tersebut, sebagai manusia biasa Serka Darwis juga merasa takut dan khawatir. Namun semua itu ia lawan demi tugas dan tanggung jawab. Ia sadar sebagai seorang Babinsa ia memiliki tanggung jawab penuh untuk membantu warga setempat menghadapi permasalahan yang ada, apalagi anak-anak yang berjuang untuk sekolah.

"Kalau saya juga takut, maka siapa yang akan bantu warga. Jika saya takut maka aktivitas tidak akan berlangsung," ujarnya.


Foto tentang dirinya saat membantu siswa menyeberangi Sungai Rante Angin memang sudah menjadi viral. Ia bahkan tidak menyangka jika apa yang dilakukannya tersebut akan diketahui oleh dunia luar, mengingat tempatnya bertugas yakni Desa Maroko, dapat dikatakan sebagai daerah yang terisolir. Ia juga menuturkan pada tahun 2016 lalu, warga sempat merasa takut karena bahan material berupa semen yang akan diseberangkan jatuh ke dalam sungai.

"Tahun 2016 itu, warga memuat semen di atas tali yang sudah diikatkan papan karena hendak membangun Mushola di Desa Maroko, namun mungkin karena bebannya, di tengah jalan papannya jatuh, sehingga semennya juga ikut jatuh. Setelah itu ada lagi kejadian sepeda motor yang akan disebrangkan namun talinya putus di tengah jalan," tuturnya. 

Namun dua kejadian tersebut tidak membunuh semangatnya untuk terus membantu warga. "Justru karena ada musibah itu, saya semakin bertekad untuk terus mendampingi warga agar bisa selamat," tukasnya. 

Sungai Rante Angin selebar 60 meter bisa diseberangi dengan gondola dalam raktu 3 sampai 5 menit. Darwis bertugas di Desa Maroko, Desa Landowia dan Desa Rante Baru di Kelurahan Rante Angin. Darwis mengatakan Dusun IV di Desa Maroko sangat terisolir.

Warga setempat membuat tali penyeberangan yang diikat ke akar pohon di Desa Tinokari ke pohon kelapa di Desa Maroko. Tali dipasang katrol dan dihubungkan dengan gondola berupa papan ukuran 25 cm x 100 cm. Warga terpaksa menggunakan jembatan darurat karena tidak ada jembatan penyeberangan yang bisa digunakan. 

"Ada jembatan yang berjarak kurang lebih 1 KM, tetapi itu merupakan jembatan trans sulawesi yang menghubungkan antara Sulawesi Tenggara (Sultra) dan Sulawesi Selatan (Sulsel)," katanya. (*)