google.com, pub-3025914915219646, DIRECT, f08c47fec0942fa0 suarakolaka: Miris, Nasib Keluarga Miskin Di Desa Hakatutobu Pomalaa

Total Pengunjung

Kamis, April 17, 2014

Miris, Nasib Keluarga Miskin Di Desa Hakatutobu Pomalaa

Tinggal Di Gubuk Tua, Dinding dan Atapnya Dari Terpal Bekas

Kolaka, SK

Hidup sebagai keluarga miskin memang tak ada yang menginginkannya, apalagi tanpa adanya perhatian Pemerintah yang membantu meringankan beban yang mereka rasakan. adalah Tarip (57), salah satu keluarga miskin yang tinggal di Desa Hakatutobu Kecamatan Pomalaa. Tarip yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan ini, harus rela tinggal bersama isteri dan dua orang anaknya di gubuk reot yang atap dan dindingnya hanya tertutup dengan terpal bekas penutup ore nikel yang diberikan oleh salah seorang warga di desa itu. akibatnya berbagai keterbatasan dan kesulitan mesti ia rasakan termasuk saat hujan terjadi, seluruh bagian rumahnya tersipam hujan lantaran terpal yang digunakan terkoyak oleh angin kencang. apalagi saat ini ketika usia terpal yang mereka harapkan sebagai penggati atap rumahnya seluruhnya telah rapuh dan sobek karena termakan usia.


Sebenarnya Tarip merupakan warga pendatang asal Jawa Barat yang hidup merantau di daerah itu sekitar sepuluh tahun lalu. sebelum ia dan Isterinya yang bernama Leginem tinggal di Desa Hakatutobu, ia bekerja sebagai buruh serabutan di walayah Pomalaa dan tinggal menumpang dirumah orang lain. namun tertarik dengan cerita warga lain yang ada di Hakatutobu, ia kemudian beranjak ke desa itu dan menumpang dirumah Transmigrasi milik orang lain. sebagai imbalannya ia harus mengerjakan tanah perkebunan milik sang punya rumah. namun sayangnya setelah usahanya dalam bercocok tanam mulai berhasil, sang pemilik kebun dan rumah yang ditempatinya itu mengambil alih miliknya lagi. akibatnya keluarga Tarip terpaksa mencari tempat tinggal baru lagi. beruntung salah seorang warga Desa Hakatutobu yang bernama Ilham Masau berbaik hati dengan menghibahkan sedikit tanahnya untuk ditempati oleh keluarga ini membangun gubuk kecil dengan mengandalkan terpal plastik sebagai atap dan dindingnya. 

"saat dia datang kepada kami, kami sangat terharu melihatnya. dengan wajah yang sangat sedih dan menangis mereka menceritakan masalah yang mereka alami yang tidak punya tempat tinggal lagi. akhirnya kami sekeluarga merasa terdorong untuk membantu sesama dengan memberikan sebidang tanah yang ada dibelakang rumah kami untuk ditempati mendirikan gubuk. bahan-bahan rumahnya pun kami yang membantu menyediakannya termasuk terpal yang digunakan sebagai atap dan dindingnya. yang kami sayangkan, Kepala Desa Hakatutobu sebagai Pemerintah di desa ini tidak pernah melihat warganya, padahal mereka ini adalah warga Hakatutobu yang sah karena memiliki KTP dan Kartu Keluarga di desa ini yang juga perlu dibantu seperti warga lainnya yang pernah mendapat bantuan meskipun kondisi rumahnya tidak separah dengan keluarga Mas Enceng ini." jelas Syairani, istri dari Ilham warga yang memberikan tanah kepada Tarip.

Sementara, Leginem, istri Tarip yang sempat ditemui membenarkan jika selama ini Kepala Desa Hakatutobu, Nurdin tak kunjung melihat kondisi keluarga mereka. padahal kata dia, sebagai seorang Pemerintah yang ada di desa itu, seharusnya Kepala Desa menjadi menjadi orang tua bagi seluruh warganya. namun kenyataannya selama enam bulan tinggal dengan kondisi seperti ini, tak satu kalipun Kades pernah melihatnya apalagi membantunya.

"kami memang tak pernah dikunjungi oleh pak Kepala Desa. padahal beliau cukup mengenal suami saya, karena dulu jika pak Kades minta diurut, pasti yang dipanggil adalah suami saya, namun ketika kami membutuhkan bantuan dan uluran tangan, pak Kades tak bisa diharapkan. untungnya setiap kali pembagian beras keluarga miskin (raskin) kami masih diberikan sepuluh liter." lirihnya.

Kendati hidup dalam gubuk reot, ibu yang berasal dari Jawa Timur ini mengaku telah bersyukur dengan adanya warga yang rela memberikan sedikit tanahnya yang ditempati membangun tempat berteduh selama ini. sebab jika tidak dia tak tahu bagaimana nasib keluarga mereka bersama dua orang putra putrinya. 
"kami sangat bersyukur pak dengan adanya kemurahan hati dari pak Ilham yang telah memberikan tanahnya yang kami tempati membangun pondok. meski sangat sederhana, namun setidaknya keluarga kami telah terbantu." jelasnya. 

Editor : Hasrul Columba